Jumat, 18 Juli 2014

SJ Bahaya Lem Fox

Lem Fox : Efeknya Bagi Penggemar

Penyalahgunaan Lem AICA Aibon

Lem Aica aibon merupakan NAPZA yang sangat mudah didapat karena keberadaannya legal (sebagai lem). Hal ini yang menyebabkan penyalahgunaan pemakaian lem ini sangat cepat perkembangannya terutama di dunia anak jalanan. Jika kita sering melihat anak-anak jalanan yang sedang memasukkan salah satu tangannya ke dalam baju, serta mendekatkannya ke hidung, berarti anak tersebut sedang menghirup lem Aica aibon.
Keberadaan anak-anak yang sedang teler akibat lem ini dapat kita jumpai di bawah jembatan, pojokan-pojokan perempatan lampu merah. Anak-anak yang cenderung tidak tahu akibat negatif dari lem ini, merasa senang setelah menggunakannya. Sesaat setelah pemakaian mereka akan merasa “fly”, happy, bebas dari masalah mereka.
NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik ditelan melalui mulut, dihirup melalui hidung maupun disuntikkan melalui urat darah. Zat-zat kimia itu dapat mengubah pikiran suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Pemakaian terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik dan atau psikologis. Resiko yang pasti terjadi adalah kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ penting lainnya seperti jantung, paru-paru, dan hati.

Istilah teler biasa disematkan bagi mereka yang lagi mabuk. Tapi anak jalanan menyebutnya ngelem, karena sarana teler mereka adalah lem aica aibon. Untuk kawannya yang keranjingan mabuk, akan disapa dengan mabal, beler, atau giteng, yang berarti minuman keras. Kalau telernya karena ganja, disebut dengan cimeng atau nggelek.
Anak jalanan meniti nasib berdasarkan dua nilai yaitu kebebasan dan pengakuan. Tapi kebanyakan masyarakat dan pemerintah melihatnya dari sisi yang terlalu naif. Bahwa kehadiran “bunga-bunga trotoar” itu merusak keindahan kota dan menebarkan kejahatan di lampu-lampu merah. Rasanya, hanya sedikit saja yang mau mengerti bahwa mereka juga rindu diakui eksistensinya.
Karena keberadaan mereka yang cenderung diremehkan, mereka harus berusaha untuk mencari kekuasaan sendiri, serta merebut kebebasan mereka yang telah dibatasi kemiskinan mereka. Untuk menjaga keeksistensian mereka di dunia jalanan, mereka harus mengeikuti peraturan yang beredar dijalanan, dimana yang kuat yang berkuasa, jika ingin aman lebih baik mengikuti aturan penguasa jalanan.
Karena kehidupan yang miskin ini menyebabkan anak-anak jalanan memilih lem Aica aibon sebagai penghilang ke-stres-an mereka. Bagi anak-anak yang ingin menolak memakai pun cenderung akan ikut-ikutan karena tertekan oleh yang diatas mereka, atau karena tidak mau terlihat “lemah” di mata teman-teman sesama anak jalanan.
Inhalansia adalah zat yang dihirup. Salah satu contohnya lem Aica aibon yang banyak dipakai anak dan remaja karena harganya murah dan memabukkan. Zat yang ada dalam lem Aica aibon adalah zat kimia yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat kita menjadi tidak normal, sakit bahkan bisa meninggal. Salah satu zat yang terdapat di dalam lem Aica aibon adalah Lysergic Acid Diethyilamide (LSD).
Pertama kali dibuat secara sintetis pada 1940-an untuk menghilangkan hambatan yang merintangi pada kasus kejiwaan. Halusinogen yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, seperti kaktus peyote, telah dipakai golongan pribumi Meksiko selama beberapa ratus tahun untuk kegiatan keagamaan dan hiburan.
Halusinogen juga di kenal sebagai psikedelik, bertindak pada susunan saraf pusat untuk membuat perubahan yang bermakna dan sering radikal pada keadaan kesadaran pengguna; juga dapat mengacaukan perasaan kenyataan, waktu dan emosi para pengguna.
Lysergic acid diethylamide (LSD) merupakan zat semisintetik psychedelik dari family ergoline. LSD sensitif terhadap udara, sinar ultraviolet, dan klorine,terutama dalam bentuk solutio, dimana zat ini akan bertahan selama 1 tahan jika dijauhkan dari cahaya dan dijaga agar suhunya tetap berada dibawah temperature. Alam bentuk aslinya warna, bau, sangat khas. LSD dapat didistribusi ke dalam tubuh secara intramuskular atau injeksi intravena. Dosis yang dapat menyebabkan efek psikoaktif pada manusia yaitu 20-30 mg (mikrogram). LSD dapat digunakan sebagai agen therapeutik yang menjanjikan.
Lysergic acid diethylamide (LSD) adalah halusinigen yang paling terkenal. Ini adalah narkoba sintetis yang di sarikan dari jamur kering (dikenal sebagai ergot) yang tumbuh pada rumput gandum.
LSD mempengaruhi sejumlah besar reseptor pasangan protein-G, termasuk semua reseptor dopamin, semua subtipe adrenoreseptor sama seperti lainnya. Ikatan LSD pada sebagian besar subtipe reseptor serotonin kecuali 5-HT3 dan 5-HT4. bagaimanapun juga, hampir semua reseptor mempengaruhi pada afinitas rendah menjadi aktif pada otak dengan konsentrasi 10-20 nm.
LSD adalah cairan tawar, yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering di serap ke dalam zat apa saja yang cocok seperti kertas pengisap dan gula blok, atau dapat dipadukan dalam tablet, kapsul atau kadang-kadang gula-gula. Bentuk LSD yang paling popular adalah kertas pengisap yang terbagi menjadi persegi dan dipakai dengan cara ditelan.
Halusinogen lain termasuk meskalin (tanaman alami yang berasal dari kaktus peyote), pala, jamur-jamur tertentu (yang mengandung zat psilosin dan psilosibin), dimetiltriptamin (DPT), fensiklidin (PCP) dan ketamin hidroklorid.
Tak serupa dengan narkoba lain, pengguna LSD mendapat sedikit gagasan apa yang mereka pakai dan efeknya dapat berubah-ubah dari orang ke orang, dari peristiwa ke peristiwa dan dari dosis ke dosis. Efeknya dapat mulai dalam satu jam setelah memakai dosis bertambah antara 2-8 jam dan berangsur hilang secara perlahan-lahan setelah kurang lebih 12 jam.
Untuk penggunaan LSD efeknya dapat menjadi nikmat yang luar biasa, sangat tenang dan mendorong perasaan nyaman. Sering kali ada perubahan pada persepsi, pada penglihatan, suara, penciuman, perasaan dan tempat. Efek negatif LSD dapat termasuk hilangnya kendali emosi, disorientasi, depresi, kepeningan, perasaan panik yang akut dan perasaan tak terkalahkan, yang dapat mengakibatkan pengguna menempatkan diri dalam bahaya fisik.
Pengguna jangka panjang dapat mengakibatkan sorot balik pada efek halusinogenik, yang dapat terjadi berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan setelah memakai LSD. Tidak ada bukti atau adanya ketergantungan fisik dan tidak ada gejala putus zat yang telah diamati bahkan setelah dipakai secara berkesinambungan. Namun, ketergantungan kejiwaan dapat terjadi.
Efek LSD normalnya 6-12 jam setelah menggunakan, tergantung pada dosis, toleransi, berat badan dan umur. Keberadaan LSD tidak lebih lama keberadaannya daripad obat-obat dengan level signifikan di dalam darah.
Oleh karena itu cara termudah mencegah kematian akibat penggunaan NAPZA (khususnya dalam hal ini lem Aica aibon) adalah tidak mulai menggunakannya sama sekali. Sekali pemakai kecanduan, ia akan memiliki ketergantungan fisik dan psikologis (yang bisa berlangsung seumur hidup).

________________________________________

Penulis adalah Abang Fox , Pendiri Mimika Aibon Children Association [MACA]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar